Jumat, 21 Juli 2017

Rasa pahit adalah rasa manis yang malu-malu #CoffeeBreak6

Assalamualaikum visitor..
          Setelah sebulan "mengistirahatkan" diri di kampung halaman, tiba saatnya kembali ke kehidupan nyata. Sebelum cerita lebih jauh, alangkah baiknya jika kita sama-sama membaca "basmallah" dan mencoba memahami makna dari judul coffee break kali ini he-he.
          Rasa pahit adalah rasa manis yang malu-malu. Apa maksudnya?
Setelah menyadari, ternyata sudah dua tahun hidup sendiri ditanah rantau dan hanya ditemani oleh banyak teman baik dari berbagai kota di Indonesia. Asam, manis, bahkan pahitnya sudah banyak terasa dan akan sangat sulit jika harus dijelaskan satu persatu.
          Kehidupan di tanah rantau mengajarkan banyak hal, yang pertama pastinya apa itu hidup mandiri? Apa itu sabar? Apa itu ikhlas menjalani hari-hari yang tentunya kadang terasa lebih berat karena dijalani sendirian.
          Tapi seriously yaa, pahitnya Cuma 30% dari100% tapi perbandingan kaya gini mungkin karena Alhamdulillah hidupku di tanah rantau berkecukupan karena kiriman dari orangtua selalu lancar walaupun “berkecukupan” disini dalam artian ke cafe sangat diminimkan, selalu bawa tumblr dengan beraneka ragam bentuk tiap hari biar gak bosen padahal tetap aja isinya air putih, ke mall kalau memang bener-bener gabut, dan beli apapun itu harus dilist dulu dan mengutamakan yang dibutuhkan serta mengesampingkan yang diinginkan. Untuk aku pribadi lebih senang menghabiskan waktu berjam-jam di perpustakaan kota daripada di mall, alasannya sederhana sih, di perpus cuma modal dua ribu (uang parkir) tapi bisa dapat ilmu super banyak dan waktunya gak terbatas pula. Tapi kalau dimall? Lebih dari sejam aja uang parkirnya udah dua kali lipat (medit for lyfe *maklum anak kos). Yaa itu bagi teman-teman yang memang hobi baca buku, kalau temen-temen hobi olahraga silahkan ke pusat kebugaran, bagi yang hobi masak silahkan dikos cobain semua resep baru, dan bagi yang hobi tidur, serius aku gak nyaranin buat tidur terus dikos.
          Kembali ke tema, rasa pahit adalah rasa manis yang malu-malu. Pahit itu kalau diresapi dalam-dalam akan berakhir enak kan? Contoh sederhananya kaya kopi, saat hujan kemudian kita buat kopi, pakai air panas yang baru mendidih, gulanya satu sendok aja, kemudian diminum diteras sambil liat hujan waktu senja, kopi panas tadi perlahan kita cium wanginya, kita seruput airnya, rasa pahit singgah dilidah, sampai ke kerongkongan, luar biasa nikmat, masya Allah! Rasa pahitnya itu cuma kaya rasa manis yang menjelma gitu loh, semoga kalian paham maksudku. Perumpamaan ini adalah umpama merantau dan rasa sakit yang kita alami, pedih tapi nikmat jika diresapi. Contoh rasa pedih itu saat bulan masih menunjukkan tanggal 17 tapi saldo sisa 100 ribu dan untuk nelfon orang tua buat minta uang adalah hal yang sangat memalukan, rasa pedih yang kedua saat ban motor pecah diakhir bulan (serius, ini pedih banget), rasa pedih yang ketiga saat kamu udah laper-lapernya, udah kere-kerenya, dan niat rebus indomie tapi ternyata gas dikosan habis! (pedih luar biasa), banyak lagi kepedihan-kepedihan lain yang lucu sekali kalau dibayangkan tapi sungguh tak lucu jika dialami.
          Alhamdulillah aku bersyukur punya kesempatan merantau jauh dari kampung halaman untuk bisa menimba ilmu dan merasakan berbagai macam pengalaman yang mungkin gak akan aku dapatkan kalau aku hanya berdiam diri di kampung halaman. Dengan jauh dari orangtua, dulunya aku berpikir “wah apa bisa bebas kaya anak-anak kota besar ya?” , “wah bisa ngemall tiap hari”, “wah bisa main sama temen tanpa ada yang nyariin lagi”. Dan wah wah yang lainnya.
          This is totally wrong, semenjak merantau malah pemikiran-pemikiran kaya gini bener-bener gak ada dan tidak terlaksana. Mau bebas? Kalau bebas juga mau ngapain kan? semakin jauh, semakin sendirian, semakin ngerasa kita cuma bergantung sama Allah swt disini dan gak punya siapa-siapa lagi, malah semakin bikin kita mendekat padaNya. Niat buat melakukan hal yang aneh-aneh pun gak ada karna memang umur yang sudah makin dewasa, beban kalau ngingat orang tua dikampung halaman susah payah nyekolahin anaknya jauh-jauh, sukses banget bikin kita semakin usaha buat hijrah, hijrah jadi pribadi yang lebih baik. Tapi opini ini juga gak semua anak rantau alamin ya, gak sedikit juga anak rantau yang mungkin keluar batasan.
          Curhat sedikit, setelah lulus SMA dan merantau aku sempat punya pacar dan LDR. Seru sih tapi tiap malam kaya dihantui rasa bersalah. Biar dibilang pacaran syar’i lah, pacaran gak ngapa-ngapain karna jauh lah, dan hal-hal yang bikin kita sempat bertahan hampir dua tahun tetep aja aku tau ini dosa. Sebenarnya karna lingkungan yang juga sangat mendewakan Jomblo Sampai Halal sih, dan akhirnya sukses bikin aku harus meninggalkannya he-he. Semenjak di tanah rantau juga kaya merasa benar-benar sama teman itu sudah kaya saudara karna memang cuma mereka yang kita punya, padahal sejujurnya aku adalah orang yang tidak begitu ‘suka’ berteman terlalu dalam weitssss, tapi kondisi yang buat kamu harus menjalani apapun yang kamu gak suka padahal sebenernya itu baik buat kamu.
          Jiwa empati dan simpatimu juga sangat diasah disini, meringankan beban orang lain jadi suatu kewajiban ketika kamu berpikir “kalau aku yang ada diposisi dia gimana?”, “kalau suatu waktu aku juga butuh bantuan gimana?” sebenernya kalau nolong harus tanpa pamrih sih, tapi ini kaya motivasi gitu lohJ.
          Lebih responsif terhadap lingkungan. Nah kalau yang ini garis keras sekali, honestly aku adalah orang yang bener-bener apatis (kuakui itu). Tapi semenjak merantau kaya pelan-pelan belajar dan mencoba menyesuaikan dengan lingkungan, hidup dilingkungan jawa tentunya sangat menjunjung tinggi yang namanya kepedulian, kesopanan, dan keramahan, alhasil berubahlah kebiasaan apatisku itu.
          Sebenarnya banyak sekali hal baik dan tentunya dibarengi hal jahat yang juga ikut ambil andil dalam menentukan akan jadi seperti apa kamu saat jauh dari orangtua. Tergantung bagaimana kita berpikir, mencari lingkungan sosial, menyadarkan diri kalau orangtua sangat mengharapkan kesuksesan kita. Saran buat teman-teman yang baru mau merantau, yang sedang merantau, ataupun yang hampir selesai diperantauan. Jangan sia-siakan kesempatan berharga ini, jadilah sebaik-baiknya manusia yang bermanfaat bagi orang banyak, jikapun belum bisa untuk orang banyak untuk orang sedikit pun tidak apa-apa. Jauhkan mindset bahwa hidup jauh dari orangtua akan membawa pada kebebasan, akan membawa pada hidup yang penuh dengan hedonisme, jauh dari peraturan agama, bebas menikmati masa remaja dengan kekasih, jauhkan lah pikiran seperti ini sejauh-jauhnya. Hidup memang sekali, tapi kesempatan untuk memperbaiki diri apakah yakin akan datang lagi?

Sekian, Wassalamualaikum J

         



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Coffee Break diujung usia Quarter Life Crisis (25)

 Alhamdulillah... menghitung hari akan memasuki usia 26. Rasanya tahun ini sangat berbeda dari tahun sebelumnya, matahari sepertinya sudah j...