Kamis, 13 Juli 2017

KetetapanNya yang terbaik... #Cerpen3

“Alhamdulillah” Ucapku menyambut pagi yang kurasa jauh lebih cerah dari hari-hari sebelumnya. Jiwaku yang telah lama terpuruk kini perlahan bangkit dan hidup kembali. Banyak hal yang kukira sedang menunggu untuk kugapai, banyak hal yang aku yakin sedang menunggu untuk kuraih, ya hidup harus terus berjalan walau berat, walau sulit, aku percaya skenarioNya adalah yang terbaik.
            Hari ini adalah tanggal merah, hari yang sangat tepat untuk “Me Time” istilah yang sering kusebut untuk waktu rehat diri dari segala aktivitas kantor dan saatnya melakukan hal-hal yang menjadi hobiku. Sambil membuat secangkir kopi putih kesukaanku, aku berpikir kira-kira aktivitas apa yang menarik untuk kulakukan hari ini. Setelah membuat secangkir kopi, dengan semangat aku mengambil laptop biru muda kesukaanku dan mulai berselancar di dunia maya. Awalnya mencari-cari berita terkini, membaca beberapa artikel terbaru dari situs cooking kesukaanku, sampai akhirnya aku terpikir untuk mencari tahu bagaimana kabarnya.
            Kaget, kecewa, sedih sekaligus tidak menyangka. Kenapa bisa secepat ini? Apa kesedihan yang susah payah kusembuhkan kemarin belum lagi berakhir? Terlihat jelas di wall facebook orang yang setengah mati kucintai itu foto undangan walimahan yang terpajang namanya dan orang lain. Saat itu juga airmataku tumpah, tak sanggup menahannya. Banyak pertanyaan yang terlintas dipikiranku, bersamaan dengan terlintas kembali kenangan kami bertahun-tahun lalu.
            Saat itu aku sangat berbahagia karena diterima menjadi salah satu mahasiswi alih jenjang di Universitas Negeri ternama di Indonesia. Seperti mahasiswi-mahasiswi lainnya segala hal kupersiapkan dengan baik. Hari pertama penyambutan maba dilakukan di lapangan utama kampus, disana dilakukan upacara penyambutan bersama dengan ribuan mahasiswa baru lainnya. Dengan teliti dan penuh antusias aku memerhatikan sekeliling, melihat berbagai rupa anak bangsa dari sabang sampai merauke bahkan dari luar negeri pun banyak dikampus ini. Dengan sedikit berlari aku pergi menuju lapangan utama yang tidak begitu jauh dari gerbang fakultas ku. Dengan teliti aku mencari barisan Fakultas Kedokteran, Fakultas yang beberapa tahun kedepan akan menjadi tempatku menuntut ilmu.

            Hari-hariku dikampus kulalui dengan antusias dan bersemangat karena hal ini adalah hal yang telah lama kuimpikan. Banyak teman-teman dari berbagai penjuru yang menjadi teman akrabku dikelas, tapi ada satu orang yang menarik perhatianku. Menarik bukan karena aku suka padanya tapi karena kulihat ia adalah mahasiswa yang tampak kurang bersemangat setiap kuliah tapi nilainya selalu memuaskan apalagi di mata kuliah non eksak yang justru menjadi mata kuliah yang paling tidak kusukai. Ternyata ketertarikan ini bukan hanya aku yang rasa.
            Sering menghabiskan waktu bersama karena bertemu di satu kelompok yang sama membuat aku dan dia yang sering kupanggil Rey semakin akrab dan menjadi teman baik. Nita yang juga teman baikku sering mengejek kami karna sudah lama sekali dekat tapi tak jadian, tidak seperti Nita dan Heru yang selang tiga bulan setelah ospek berakhir langsung jadian hingga kini kami sudah di akhir semester satu. Tapi apa mungkin aku suka pada Rey lebih dari sahabat?
            Pertanyaan ini terjawab sudah saat malam itu dengan sederhana Rey menyatakan perasaannya bahwa sudah lama rasa itu ada dan ia ingin kami lebih dari sahabat. Dengan menerima pemberiannya yang jauh sekali dari kata romantis seperti pasangan lain, Rey memberiku tabungan pinguin yang bisa menari-nari, lucu dan masih tersimpan rapi dilemariku sampai hari ini. Aku tau pacaran adalah dosa walaupun pacaran kami jauh dari kata zina, tapi ketika kami sudah pacaran se syar’i apapun itu tetap saja kami sudah zina hati karena ini adalah ikatan yang tak halal. Sayangnya waktu itu aku mengabaikan kata hatiku dan lebih memilih memenangkan nafsu untuk dimiliki sebelum waktunya oleh orang yang kucintai. Dan peperangan hati ini dimulai...
            Hari-hari terlewati dengan dosa yang terus mengalir, pergi makan berdua, ke perpustakaan berdua, berbincang di taman berdua, walaupun kami hanya sebatas berbincang tanpa ada bersentuhan sedikitpun tetaplah itu dosa. Hari itu salah satu momen paling berkesan bagiku mungkin juga bagi Rey, orang tua Rey yang jauh dari Kalimantan datang ke perantauan kami untuk mengunjungi Rey sekaligus mengantarkan adiknya sekolah di Jawa. Disitulah perkenalan pertamaku dengan keluarga Rey secara langsung walaupun sudah pernah berbincang di telefon sebelumnya.



            Perkenalan dengan keluarga Rey membuatku semakin mantap dan yakin bahwa dialah yang terakhir, dan sepanjang hubungan kami yang sudah berjalan 1 tahun Rey juga tak pernah menunjukkan sikap yang buruk. Tidak setia, cuek, pemarah, atau hal-hal yang membuatku kesal, tak pernah, hampir dibilang hubungan ini tak pernah cacat sedikitpun. Mungkin pertikaian kecil yang umum terjadi pernah kami lalui tapi itu juga pasti karena kekanak-kanakan ku. Dan tidak berdampak begitu besar pada hubungan kami.
            Sampai di semester tiga Rey semakin menunjukkan passion nya yang tidak sejalan dengan jurusan kami, dia pun mengajakku dan 3 teman lain untuk memulai usaha kecil-kecilan sembari mencari pengalaman dan mengisi waktu. Awalnya aku menolak, bagaimana mungkin mahasiswa kedokteran seperti kami masih punya waktu untuk mengurus usaha selagi kuliah? Walaupun sejauh ini Rey sudah menunjukkan kemampuannya untuk kuliah sambil usaha sejak awal masuk kuliah dulu. Usaha ini awalnya berjalan lancar dan keuntungan sebagian bisa kami sedekahkan pada yang membutuhkan, tapi akhirnya berhenti ditengah jalan karna masing-masing dari kami sibuk menyelesaikan tugas akhir.
            Semuanya berjalan dengan baik, aku dan Rey menyelesaikan tugas akhir dengan baik. Dan kami sama-sama mendapatkan lokasi profesi di Blitar, Jawa Timur. Susah senang kami lalui bersama hingga tiga tahun tak terasa lama bagiku. Hubungan ini semakin serius dan mendewasa, tiba saat hari yang ditunggu-tunggu, wisuda kami berdua. Orang tua Rey dari Kalimantan dan orang tua ku dari NTB datang ke kota perantauan kami untuk menghadiri wisuda ini. Senyum merekah sepanjang hari karena perjuangan panjang selama ini akhirnya selesai juga. Malamnya untuk pertama kali keluargaku dan keluarga Rey makan bersama disebuah rumah makan sederhana. Malam itu berlagsung sangat syahdu, aku bahagia karena akhirnya keluarga kami bisa saling bertemu dan aku percaya hubungan ini bisa berlanjut ke jenjang yang lebih serius.





            Menjalani hubungan jarak jauh dan entah akan berakhir bagaimana kadang membuatku hampir putus asa. Setelah kami wisuda hari itu, selang 5 bulan setelahnya Rey dan keluarganya datang ke NTB dan bermaksud melamarku. Penyambutan keluarga dirumah sangat baik dan aku benar-benar tidak menyangka secepat itu Rey akan melamar, karena memang dia tidak mengatakan sebelumnya. Karena ada suatu alasan, dengan tenang ayah mengatakan untuk menunggu dulu. Aku bisa terima, begitu juga dengan Rey sekeluarga, masih akan bersabar menunggu jawaban. Ayah adalah seseorang yang tegas dan berprinsip, aku dan saudaraku tak pernah banyak bicara dengan Ayah, karena itu aku lebih terbuka pada Ibu.
            Satu bulan, dua bulan, lima bulan, hingga delapan bulan. Ayah tak pernah mengatakan iya, Ayah tahu secara agama Rey adalah anak yang baik, Rey juga sudah punya pekerjaan dan usaha yang tetap di Kalimantan, aku pun selalu bertanya-tanya pada Ibu apa alasan Ayah membiarkan kami menunggu terlalu lama begini? Segala macam usaha sudah kulakukan agar Ayah segera menjawab atau paling tidak memberi alasan padaku. Akhirnya terjawab sudah, karena jarak. Ayah tidak ingin aku dibawa ke Kalimantan, keluarga Rey pun tak bisa melepas dia untuk berkeluarga di NTB karena alasan usaha di Kalimantan yang harus diteruskan. Sedih, kecewa, dan putus asa.
            Malam itu aku menelefon dan membicarakan semuanya pada Rey, terdengar nada kecewa diakhir kalimatnya saat menyudahi perbincangan kami malam itu. Aku tetap yakin bisa merubah pemikiran Ayah, tapi tetap saja keputusan itu membuat hubunganku dengan Rey semakin renggang. Yang kutahu dia semakin memperbaiki diri, melakukan banyak hal bermanfaat bagi orang banyak dan sudah jelas kehabisan waktu untuk hubungan kami yang tidak jelas ini. Entah bagaimana, yang kuyakini ini memang salah kami karena memulai cinta yang seharusnya hanya diikat dengan pernikahan tapi kami malah tenggelam dalam hubungan yang sia-sia, pacaran.





            Waktu berjalan, akhirnya Rey mengirimiku pesan singkat yang tidak singkat. Dengan air mata yang tidak bisa lagi dibendung, aku membaca pesan itu berulang-ulang. Jelas sudah kalimat menyerah tersirat dalam pesannya, penyesalan, keputusasaan untuk menunggu lebih lama lagi.  Kuakui saat itu kami berdua sudah berumur 27 tahun dan sudah memasuki umur siap menikah. Resmi sudah, hubungan yang telah kami jalani bertahun-tahun lamanya tidak ada artinya lagi, segala suka duka ditanah rantau yang membuat kami banyak belajar tentang hidup tidak ada gunanya lagi. Sedih, putus asa, kecewa, bahkan aku hampir depresi saat itu.
            Pelan-pelan aku mencoba bangkit dan belajar dari kejadian ini. Semakin mendekatkan diri padaNya dan menyadari bahwa apa yang kujalani selama ini dengan Rey memang salah. Karena dengan berpacaran bukan berarti mendekatkan jodoh dan jomblo bukan berarti menjauhkan jodoh. Semua itu sudah ada ketetapanNya, sudah ada skenarioNya, tak perlulah terlalu memenangkan hati untuk saling memiliki disaat belum waktunya, sungguh itu tak ada gunanya, sia-sia.
            Setelah cukup lama terlamun dan mengingat cerita lama itu akhirnya aku tersadar dengan apa yang kulihat di wall facebook Rey. Alhamdulillah kini Rey yang dulu menjadi alasan bahagia dan semangatku telah menjadi alasan bahagia orang lain. Sekuat hati aku mencoba sabar dan tidak membiarkan air mata ini jatuh untuk kesekian kalinya. Aku yakin Allah sudah mempersiapkan jodoh terbaik untukku, entah di dunia atau mungkin di akhirat. Yang pasti aku harus terus melanjutkan hidup dan menjadi sebaik-baiknya manusia yang bermanfaat bagi orang lain. Aku yakin orang yang sekarang berada di samping Rey adalah yang terbaik untuknya, percayalah ketetapan Allah itu pasti datangnya cepat atau lambat. Entah perkara jodoh ataupun kematian. Terimakasih atas segala ketetapananMu ya Rabb, aku yakin ini yang terbaik, terimakasih hati yang pernah singgah.






BIODATA PENULIS
Nama               : Rizka Wulandari Putri
Akun Sosmed : rizkawulandari (instagram)
                        rizkawulandariputri (id Line)
Email               : rizkawulandari10@yahoo.co.id
Alamat                        : JL. Baiduri Pandan 1 no 2 Griya Sakinah, Tlogomas, Malang, Jawa Timur
No HP             : 085247557501

Tips Move On ala Rizka:
1. Dekatkan diri padaNya ya girls, karena dengan mendekatkan diri pada sang pencipta akan membuat kamu semakin yakin bahwa kamu punya Dia yang maha hebat dan pengatur skenario terbaik.
2. Quality Time bareng keluarga. Nah kamu pernah gak kepikiran kalau orang tua kamu, kakak kamu, adik kamu,semuanya pasti rindu sama kamu yang dulu. Sebelum disibukin sama si dia, kamu udah jarang tuh main atau cerita-cerita lagi sama keluarga, so sekarang waktunya kamu menghabiskan waktu bareng mereka tanpa kepikiran kenangan kenangan dulu.
3. Quality Time bareng sahabat. Saat dulu kamu masih sibuk kepikiran dia, apa kamu ingat kalau kamu masih punya sahabat yang selalu ada buat kamu saat senang ataupun sedih? Yuk ngumpul lagi bareng mereka, mereka kangen tuh.
4. Menjalankan hobi. Galau bikin kamu lupa kalau kamu suka masak, berenang, baca novel, travelling dan hal asik lainnya. Ayo kembali lakuin hobimu, kamu bakal sadar kalau dunia ini lebih indah tanpa si dia.
5. Bergabung dengan majelis ilmu / organisasi/ kegiatan volunteer. Dengan itu kamu akan mengenal lebih banyak orang dan melakukan interaksi dengan berbagai orang, tentunya akan membuka lingkaran pertemananmu dan siapa tahu salah satunya adalah calon imam kamu hehe atau paling tidak kamu akan mendapatkan pengalaman seru daripada sekedar galau memikirkan hal yang sia-sia.
6. Banyak berbagi. Memberi hadiah untuk keluarga, memberi sedekah untuk fakir miskin atau anak yatim pasti membuat kamu lebih bahagia. Karena dengan berbagi kamu akan merasa berguna bagi orang banyak dan tidak lagi memikirkan kesedihan yang berlarut-larut.
7. Jauhi segala akses menuju masa lalu dengan dia, misalnya melihat foto kalian (sebaiknya dihapus daripada menuhin memori), mengingat segala yang dia suka atau tidak suka, melewati tempat yang sering kalian lewati dulu, jangan stalk sosmednya (ikhlaskanlah kalau dia lebih dulu berbahagia), jangan menanyakan kabar (kalau niatnya murni hanya untuk silaturahmi ya tidak apa asal jangan lebih dari itu).

8. Fokus memperbaiki diri, karena laki-laki yang baik untuk wanita yang baik, begitu pula sebaliknya. Tetap semangat ukhti, are you ready to be single fisabilillah?

ps: cerpen ini menjadi salah satu kontributor dalam perlombaan Sayembara Menulis "Untuk Hati yang pernah singgah" yang diadakan oleh penerbit Wahyu Qolbu.
16 April 2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Coffee Break diujung usia Quarter Life Crisis (25)

 Alhamdulillah... menghitung hari akan memasuki usia 26. Rasanya tahun ini sangat berbeda dari tahun sebelumnya, matahari sepertinya sudah j...