“Alhamdulillah”
Ucapku menyambut pagi yang kurasa jauh lebih cerah dari hari-hari sebelumnya.
Jiwaku yang telah lama terpuruk kini perlahan bangkit dan hidup kembali. Banyak
hal yang kukira sedang menunggu untuk kugapai, banyak hal yang aku yakin sedang
menunggu untuk kuraih, ya hidup harus terus berjalan walau berat, walau sulit,
aku percaya skenarioNya adalah yang terbaik.
Hari ini adalah tanggal merah, hari
yang sangat tepat untuk “Me Time” istilah yang sering kusebut untuk waktu rehat
diri dari segala aktivitas kantor dan saatnya melakukan hal-hal yang menjadi
hobiku. Sambil membuat secangkir kopi putih kesukaanku, aku berpikir kira-kira
aktivitas apa yang menarik untuk kulakukan hari ini. Setelah membuat secangkir
kopi, dengan semangat aku mengambil laptop biru muda kesukaanku dan mulai
berselancar di dunia maya. Awalnya mencari-cari berita terkini, membaca
beberapa artikel terbaru dari situs cooking kesukaanku, sampai akhirnya aku
terpikir untuk mencari tahu bagaimana kabarnya.
Kaget, kecewa, sedih sekaligus tidak
menyangka. Kenapa bisa secepat ini? Apa kesedihan yang susah payah kusembuhkan
kemarin belum lagi berakhir? Terlihat jelas di wall facebook orang yang
setengah mati kucintai itu foto undangan walimahan yang terpajang namanya dan orang
lain. Saat itu juga airmataku tumpah, tak sanggup menahannya. Banyak pertanyaan
yang terlintas dipikiranku, bersamaan dengan terlintas kembali kenangan kami
bertahun-tahun lalu.
Saat itu aku sangat berbahagia karena
diterima menjadi salah satu mahasiswi alih jenjang di Universitas Negeri
ternama di Indonesia. Seperti mahasiswi-mahasiswi lainnya segala hal
kupersiapkan dengan baik. Hari pertama penyambutan maba dilakukan di lapangan
utama kampus, disana dilakukan upacara penyambutan bersama dengan ribuan
mahasiswa baru lainnya. Dengan teliti dan penuh antusias aku memerhatikan
sekeliling, melihat berbagai rupa anak bangsa dari sabang sampai merauke bahkan
dari luar negeri pun banyak dikampus ini. Dengan sedikit berlari aku pergi
menuju lapangan utama yang tidak begitu jauh dari gerbang fakultas ku. Dengan
teliti aku mencari barisan Fakultas Kedokteran, Fakultas yang beberapa tahun
kedepan akan menjadi tempatku menuntut ilmu.
Hari-hariku dikampus kulalui dengan
antusias dan bersemangat karena hal ini adalah hal yang telah lama kuimpikan.
Banyak teman-teman dari berbagai penjuru yang menjadi teman akrabku dikelas,
tapi ada satu orang yang menarik perhatianku. Menarik bukan karena aku suka
padanya tapi karena kulihat ia adalah mahasiswa yang tampak kurang bersemangat
setiap kuliah tapi nilainya selalu memuaskan apalagi di mata kuliah non eksak
yang justru menjadi mata kuliah yang paling tidak kusukai. Ternyata
ketertarikan ini bukan hanya aku yang rasa.
Sering menghabiskan waktu bersama
karena bertemu di satu kelompok yang sama membuat aku dan dia yang sering
kupanggil Rey semakin akrab dan menjadi teman baik. Nita yang juga teman baikku
sering mengejek kami karna sudah lama sekali dekat tapi tak jadian, tidak
seperti Nita dan Heru yang selang tiga bulan setelah ospek berakhir langsung
jadian hingga kini kami sudah di akhir semester satu. Tapi apa mungkin aku suka
pada Rey lebih dari sahabat?
Pertanyaan ini terjawab sudah saat
malam itu dengan sederhana Rey menyatakan perasaannya bahwa sudah lama rasa itu
ada dan ia ingin kami lebih dari sahabat. Dengan menerima pemberiannya yang
jauh sekali dari kata romantis seperti pasangan lain, Rey memberiku tabungan
pinguin yang bisa menari-nari, lucu dan masih tersimpan rapi dilemariku sampai
hari ini. Aku tau pacaran adalah dosa walaupun pacaran kami jauh dari kata
zina, tapi ketika kami sudah pacaran se syar’i apapun itu tetap saja kami sudah
zina hati karena ini adalah ikatan yang tak halal. Sayangnya waktu itu aku
mengabaikan kata hatiku dan lebih memilih memenangkan nafsu untuk dimiliki
sebelum waktunya oleh orang yang kucintai. Dan peperangan hati ini dimulai...
Hari-hari terlewati dengan dosa yang
terus mengalir, pergi makan berdua, ke perpustakaan berdua, berbincang di taman
berdua, walaupun kami hanya sebatas berbincang tanpa ada bersentuhan sedikitpun
tetaplah itu dosa. Hari itu salah satu momen paling berkesan bagiku mungkin
juga bagi Rey, orang tua Rey yang jauh dari Kalimantan datang ke perantauan
kami untuk mengunjungi Rey sekaligus mengantarkan adiknya sekolah di Jawa.
Disitulah perkenalan pertamaku dengan keluarga Rey secara langsung walaupun
sudah pernah berbincang di telefon sebelumnya.
Perkenalan dengan keluarga Rey
membuatku semakin mantap dan yakin bahwa dialah yang terakhir, dan sepanjang
hubungan kami yang sudah berjalan 1 tahun Rey juga tak pernah menunjukkan sikap
yang buruk. Tidak setia, cuek, pemarah, atau hal-hal yang membuatku kesal, tak
pernah, hampir dibilang hubungan ini tak pernah cacat sedikitpun. Mungkin
pertikaian kecil yang umum terjadi pernah kami lalui tapi itu juga pasti karena
kekanak-kanakan ku. Dan tidak berdampak begitu besar pada hubungan kami.
Sampai di semester tiga Rey semakin
menunjukkan passion nya yang tidak sejalan dengan jurusan kami, dia pun
mengajakku dan 3 teman lain untuk memulai usaha kecil-kecilan sembari mencari
pengalaman dan mengisi waktu. Awalnya aku menolak, bagaimana mungkin mahasiswa
kedokteran seperti kami masih punya waktu untuk mengurus usaha selagi kuliah?
Walaupun sejauh ini Rey sudah menunjukkan kemampuannya untuk kuliah sambil
usaha sejak awal masuk kuliah dulu. Usaha ini awalnya berjalan lancar dan
keuntungan sebagian bisa kami sedekahkan pada yang membutuhkan, tapi akhirnya
berhenti ditengah jalan karna masing-masing dari kami sibuk menyelesaikan tugas
akhir.
Semuanya berjalan dengan baik, aku
dan Rey menyelesaikan tugas akhir dengan baik. Dan kami sama-sama mendapatkan
lokasi profesi di Blitar, Jawa Timur. Susah senang kami lalui bersama hingga
tiga tahun tak terasa lama bagiku. Hubungan ini semakin serius dan mendewasa,
tiba saat hari yang ditunggu-tunggu, wisuda kami berdua. Orang tua Rey dari
Kalimantan dan orang tua ku dari NTB datang ke kota perantauan kami untuk
menghadiri wisuda ini. Senyum merekah sepanjang hari karena perjuangan panjang
selama ini akhirnya selesai juga. Malamnya untuk pertama kali keluargaku dan
keluarga Rey makan bersama disebuah rumah makan sederhana. Malam itu berlagsung
sangat syahdu, aku bahagia karena akhirnya keluarga kami bisa saling bertemu
dan aku percaya hubungan ini bisa berlanjut ke jenjang yang lebih serius.
Menjalani hubungan jarak jauh dan
entah akan berakhir bagaimana kadang membuatku hampir putus asa. Setelah kami
wisuda hari itu, selang 5 bulan setelahnya Rey dan keluarganya datang ke NTB
dan bermaksud melamarku. Penyambutan keluarga dirumah sangat baik dan aku
benar-benar tidak menyangka secepat itu Rey akan melamar, karena memang dia
tidak mengatakan sebelumnya. Karena ada suatu alasan, dengan tenang ayah
mengatakan untuk menunggu dulu. Aku bisa terima, begitu juga dengan Rey
sekeluarga, masih akan bersabar menunggu jawaban. Ayah adalah seseorang yang
tegas dan berprinsip, aku dan saudaraku tak pernah banyak bicara dengan Ayah,
karena itu aku lebih terbuka pada Ibu.
Satu bulan, dua bulan, lima bulan,
hingga delapan bulan. Ayah tak pernah mengatakan iya, Ayah tahu secara agama
Rey adalah anak yang baik, Rey juga sudah punya pekerjaan dan usaha yang tetap
di Kalimantan, aku pun selalu bertanya-tanya pada Ibu apa alasan Ayah
membiarkan kami menunggu terlalu lama begini? Segala macam usaha sudah
kulakukan agar Ayah segera menjawab atau paling tidak memberi alasan padaku.
Akhirnya terjawab sudah, karena jarak. Ayah tidak ingin aku dibawa ke Kalimantan,
keluarga Rey pun tak bisa melepas dia untuk berkeluarga di NTB karena alasan
usaha di Kalimantan yang harus diteruskan. Sedih, kecewa, dan putus asa.
Malam itu aku menelefon dan
membicarakan semuanya pada Rey, terdengar nada kecewa diakhir kalimatnya saat
menyudahi perbincangan kami malam itu. Aku tetap yakin bisa merubah pemikiran
Ayah, tapi tetap saja keputusan itu membuat hubunganku dengan Rey semakin
renggang. Yang kutahu dia semakin memperbaiki diri, melakukan banyak hal
bermanfaat bagi orang banyak dan sudah jelas kehabisan waktu untuk hubungan
kami yang tidak jelas ini. Entah bagaimana, yang kuyakini ini memang salah kami
karena memulai cinta yang seharusnya hanya diikat dengan pernikahan tapi kami
malah tenggelam dalam hubungan yang sia-sia, pacaran.
Waktu berjalan, akhirnya Rey
mengirimiku pesan singkat yang tidak singkat. Dengan air mata yang tidak bisa
lagi dibendung, aku membaca pesan itu berulang-ulang. Jelas sudah kalimat
menyerah tersirat dalam pesannya, penyesalan, keputusasaan untuk menunggu lebih
lama lagi. Kuakui saat itu kami berdua
sudah berumur 27 tahun dan sudah memasuki umur siap menikah. Resmi sudah,
hubungan yang telah kami jalani bertahun-tahun lamanya tidak ada artinya lagi,
segala suka duka ditanah rantau yang membuat kami banyak belajar tentang hidup
tidak ada gunanya lagi. Sedih, putus asa, kecewa, bahkan aku hampir depresi
saat itu.
Pelan-pelan aku mencoba bangkit dan
belajar dari kejadian ini. Semakin mendekatkan diri padaNya dan menyadari bahwa
apa yang kujalani selama ini dengan Rey memang salah. Karena dengan berpacaran
bukan berarti mendekatkan jodoh dan jomblo bukan berarti menjauhkan jodoh.
Semua itu sudah ada ketetapanNya, sudah ada skenarioNya, tak perlulah terlalu
memenangkan hati untuk saling memiliki disaat belum waktunya, sungguh itu tak
ada gunanya, sia-sia.
Setelah cukup lama terlamun dan
mengingat cerita lama itu akhirnya aku tersadar dengan apa yang kulihat di wall
facebook Rey. Alhamdulillah kini Rey yang dulu menjadi alasan bahagia dan
semangatku telah menjadi alasan bahagia orang lain. Sekuat hati aku mencoba
sabar dan tidak membiarkan air mata ini jatuh untuk kesekian kalinya. Aku yakin
Allah sudah mempersiapkan jodoh terbaik untukku, entah di dunia atau mungkin di
akhirat. Yang pasti aku harus terus melanjutkan hidup dan menjadi
sebaik-baiknya manusia yang bermanfaat bagi orang lain. Aku yakin orang yang
sekarang berada di samping Rey adalah yang terbaik untuknya, percayalah
ketetapan Allah itu pasti datangnya cepat atau lambat. Entah perkara jodoh
ataupun kematian. Terimakasih atas segala ketetapananMu ya Rabb, aku yakin ini
yang terbaik, terimakasih hati yang pernah singgah.
BIODATA
PENULIS
Nama : Rizka Wulandari Putri
Akun
Sosmed : rizkawulandari (instagram)
rizkawulandariputri (id
Line)
Alamat : JL. Baiduri Pandan 1
no 2 Griya Sakinah, Tlogomas, Malang, Jawa Timur
No
HP : 085247557501
Tips
Move On ala Rizka:
1.
Dekatkan diri padaNya ya girls, karena dengan mendekatkan diri pada sang
pencipta akan membuat kamu semakin yakin bahwa kamu punya Dia yang maha hebat
dan pengatur skenario terbaik.
2.
Quality Time bareng keluarga. Nah kamu pernah gak kepikiran kalau orang tua
kamu, kakak kamu, adik kamu,semuanya pasti rindu sama kamu yang dulu. Sebelum
disibukin sama si dia, kamu udah jarang tuh main atau cerita-cerita lagi sama
keluarga, so sekarang waktunya kamu menghabiskan waktu bareng mereka tanpa
kepikiran kenangan kenangan dulu.
3.
Quality Time bareng sahabat. Saat dulu kamu masih sibuk kepikiran dia, apa kamu
ingat kalau kamu masih punya sahabat yang selalu ada buat kamu saat senang
ataupun sedih? Yuk ngumpul lagi bareng mereka, mereka kangen tuh.
4.
Menjalankan hobi. Galau bikin kamu lupa kalau kamu suka masak, berenang, baca
novel, travelling dan hal asik lainnya. Ayo kembali lakuin hobimu, kamu bakal
sadar kalau dunia ini lebih indah tanpa si dia.
5.
Bergabung dengan majelis ilmu / organisasi/ kegiatan volunteer. Dengan itu kamu
akan mengenal lebih banyak orang dan melakukan interaksi dengan berbagai orang,
tentunya akan membuka lingkaran pertemananmu dan siapa tahu salah satunya
adalah calon imam kamu hehe atau paling tidak kamu akan mendapatkan pengalaman
seru daripada sekedar galau memikirkan hal yang sia-sia.
6.
Banyak berbagi. Memberi hadiah untuk keluarga, memberi sedekah untuk fakir
miskin atau anak yatim pasti membuat kamu lebih bahagia. Karena dengan berbagi
kamu akan merasa berguna bagi orang banyak dan tidak lagi memikirkan kesedihan
yang berlarut-larut.
7.
Jauhi segala akses menuju masa lalu dengan dia, misalnya melihat foto kalian
(sebaiknya dihapus daripada menuhin memori), mengingat segala yang dia suka
atau tidak suka, melewati tempat yang sering kalian lewati dulu, jangan stalk
sosmednya (ikhlaskanlah kalau dia lebih dulu berbahagia), jangan menanyakan
kabar (kalau niatnya murni hanya untuk silaturahmi ya tidak apa asal jangan
lebih dari itu).
8.
Fokus memperbaiki diri, karena laki-laki yang baik untuk wanita yang baik,
begitu pula sebaliknya. Tetap semangat ukhti, are you ready to be single
fisabilillah?
ps: cerpen ini menjadi salah satu kontributor dalam perlombaan Sayembara Menulis "Untuk Hati yang pernah singgah" yang diadakan oleh penerbit Wahyu Qolbu.
16 April 2017