Sabtu, 10 Agustus 2019

Pekat.... #Cerpen7


22.37, malam semakin larut. Senyap, sesekali hanya suara angin yang membuat malam ini lebih dingin dari biasanya.Tidak ada yang berlalu lalang, sebagian sudah pulas sebagiannya lagi lebih memilih pulang ke pangkuan ibunya. Sinar rembulan tampak redup tertutupi pohon ceri yang seolah merangkul kami. Aroma tubuhnya tak dapat kubaui, kami berjarak malam ini. Tidak ada pembicaraan, sesekali hanya helaan nafas lebih panjang.

Tubuh tegapnya melemah, matanya redup, bibirnya tidak mengeluarkan sepatah kata pun. Pertanyaan tidak akan menjawab apa yang ingin kutau. Dilepaskannya kacamata persegi dari matanya, sesaat dipandangi, kemudian digenggamnya sekuat yang ia mampu. Tidak perlu ada pertanyaan, dapat kurasakan emosi dan sakit hati yang mendalam lebih dari apa yang sanggup ia ucapkan.
Kacamata tinggal serpihan, hatinya pun semakin meradang. 

Memaksanya bercerita bukanlah jawaban. Kuletakkan tangan kiriku dipundaknya menepuknya beberapa kali, dan anehnya air mataku yang nyaris jatuh. Sakit dihatinya seperti tersalur kediriku, entah bagaimana caranya. Kurasakan sakit itu juga.
Setelah dirasa emosi cukup menguap, dipandanginya aku sesaat. “Orangtuaku…..”

Tidak perlu kulanjutkan, satu kalimat tadi cukup membuatku merasa hancur mungkin tidak separah dia setidaknya hancur melihat dia harus menanggung cobaan, bahkan berkali-kali.
Teringat saat awal bertemu, bagaimana semangatnya dia menceritakan semua kebahagiaan dan kesyukurannya terhadap keluarga yang sangat mencintainya. Ternyata keadaan bisa saja berhenti berpihak.

Tenang, sayang. Kau tidak pernah sendiri, ada penciptaMu, ada aku, ada sahabat-sahabatmu, ada kita. Kalimat ini terdengar sandiwara, tapi kalian akan paham ketika rasa sakit orang lain menjadi sakit yang luar biasa untuk kita sendiri.

Malam itu berakhir pekat. Aku tidak berhasil menjadi tempatnya pulang, menjadi tempatnya menceritakan segala yang sedih ataupun duka. Aku merasa gagal sebagai rumah.

Pertanyaannya, aku yang gagal sebagai rumah atau memang bukan dia tuan rumahku?
Entahlah.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Coffee Break diujung usia Quarter Life Crisis (25)

 Alhamdulillah... menghitung hari akan memasuki usia 26. Rasanya tahun ini sangat berbeda dari tahun sebelumnya, matahari sepertinya sudah j...