Impian? Satu kata penuh makna yang harus dimiliki semua orang, tidak peduli siapa dia, darimana ia berasal, mampu atau miskinkah, cantik atau jelek kah, bahkan normal atau tidak kah. Impian adalah energi agar seseorang tetap hidup, bahan bakar semangat dan alasan utama kita bernafas. Impian banyak bentuknya, ada yang mempunyai mimpi sederhana karena terlalu malu untuk memiliki mimpi yang lebih besar mengingat keadaan tidak mendukungnya, ada yang bermimpi sangat besar karena memang semesta seakan sangat mendukungnya hingga memiliki mimpi yang besar adalah suatu kewajiban. Jelas atau tidakkah mimpi itu, setiap orang pasti memilikinya seperti mimpi untuk lulus kuliah tepat waktu, mimpi untuk membahagiakan orang tua, mimpi untuk membeli baju model terbaru minggu depan, semua itu sebenarnya hanyalah rencana yang berbentuk impian.
Saya adalah salah satu orang yang baru-baru ini menemukan apa sebenarnya impian saya, setelah melewati pengalaman hidup yang bisa dibilang cukup melelahkan. Tidak diterima di beberapa universitas setelah enam kali tes dan setelah tes yang ketujuh kalinya baru diterima, pengalaman yang membuat saya sesak jika mengingatnya. Saya termasuk siswi yang selalu tiga besar saat SMA, tidak begitu bodoh tapi tidak begitu pintar juga, mengikuti bimbel intensive setiap hari sampai sore demi mempersiapkan ujian masuk PTN tetap saja membuat saya gagal dan akhirnya masuk di salah satu perguruan tinggi swasta. Tidak ada yang patut disesali karena saya percaya inilah jalannya, walaupun impian besar saya bisa diterima dijurusan sastra inggris dan akhirnya sekarang berada di jurusan kesehatan, awalnya sulit tapi pelan-pelan bisa disyukuri.
Saya menyukai hal-hal seperti menulis, membaca, menggambar, mengarang sesuatu, mengutip kata-kata mutiara dari buku-buku penulis terkenal tapi hal ini sangat berbanding terbalik dengan jurusan saya yang mengharuskan untuk menghapal, mempraktekkan, menghitung dan hal-hal apalah itu. Walaupun tidak menyukainya, saya belajar untuk menerima dan mencintai jurusan saya sekarang, cinta datang karena terbiasa. Di semester empat, akhirnya saya mencoba untuk menembus batas dan mewujudkan mimpi saya yang sebenarnya, menulis, berkarya, dan bisa dinikmati orang banyak. Saya mengikuti salah satu ajang kampus dalam mencari penulis terbaik, Alhamdulillah saya menjadi satu dari lima orang terbaik yang mana sebagian besar berasal dari jurusan sastra saya malah berasal dari jurusan kesehatan. Hal ini membuat saya semakin yakin, bahwa mimpi memang memberikan energi positif, membuat apa yang hampir mati kekeringan bisa hidup kembali, membuat yang mendung kembali menemukan mataharinya, saya bahagia yang tentu hanya akan dirasakan bagi orang-orang yang percaya akan kekuatan mimpi. Mimpi saya tidak berhenti disitu.
Dari zaman SMA saya terbiasa menuliskan apapun impian atau keinginan didalam buku hitam tebal yang biasa saya sebut buku ajaib. Kekuatan dari menulis mimpi dan mengupayakannya memang terbukti dari banyaknya mimpi yang saya centang daripada yang disilang. Saya pernah bermimpi bertemu pak Sandiaga Uno dan foto bareng, selang lima bulan setelah menuliskannya semesta mewujudkan dan tercapailah cita-cita yang tidak sederhana bagi saya itu, disuatu acara tiba-tiba salah satu narasumber berhalangan hadir dan digantikan pak Sandiaga. Saya yang terbang jauh dari Jawa Timur ke Bogor hampir menangis haru karena betapa Allah swt maha pengabul doa-doa. Saya juga bermimpi cerita saya diterbitkan dan bisa dibaca orang banyak, dan Alhamdulillah setelah sembilan bulan menuliskannya di buku ajaib dan mendoakannya setiap sujud, tulisan saya sudah diterbitkan dua kali, walaupun saya masih menginginkannya lebih dari itu.
Banyak mimpi-mimpi lain yang saya yakin punya jalannya masing-masing untuk menjadi nyata, doakan, tuliskan, dan upayakan, semesta pasti akan mendukungnya. Dua mimpi terbesar saya saat ini adalah harus keluar negeri maksimal diumur 21 tahun dan menikah muda maksimal diumur 23 tahun. Mimpi keluar negeri pasti dimiliki semua orang, tapi mimpi kali ini saya ingin keluar negeri bersama keluarga kecil saya dan tidak hanya seorang diri, Aamiin Insya Allah. Untuk impian menikah muda, upaya yang bisa saya lakukan sekarang hanyalah berdoa, memantaskan diri dengan memperbaiki akhlak, menyempurnakan dalam berbusana, belajar memasak, dan banyak bergaul dengan orang-orang solehah yang tentunya akan mengantarkan pada lingkungan yang baik pula. Untuk mimpi mengenai cita-cita saya ingin menjadi seorang fisioterapis profesional, menjadi penulis yang tulisannya bermanfaat bagi orang banyak, dan menjadi pengusaha yang bisa membuka lapangan pekerjaan untuk orang banyak. Tanpa impian waktu akan berlalu begitu saja, sampai kita terkejut ketika melihat kalender ternyata besok adalah ulang tahun kita yang ke-30 tapi pencapaian hidup belum membuat kita menangis haru karena bahagia. Jangan mau menjadi ‘seperti kebanyakan orang’, jangan mau menjadi seperti air yang mengalir, jangan lagi menjadi diam karena kini diam tak lagi emas. Jadilah diri sendiri, hiduplah dengan penuh suka cita agar energi positif yang kita ciptakan dapat menular kepada orang banyak, bermimpilah tanpa berkaca karena setiap orang berhak menggapai impiannya, apapun impian itu, kita semua punya hak untuk mewujudkannya, menjadikannya nyata, membuatnya lebih luar biasa dari apa yang kita impikan, hingga kata-kata pun tak akan lagi sanggup menggambarkan betapa bahagianya para pejuang mimpi ketika mimpinya tercapai.
Setidaknya setelah menulis ini saya percaya salah satu impian saya akan tercapai yaitu menjadi penulis yang tulisannya bermanfaat bagi orang banyak karena ketika menulis impian ini, tidak hanya akan bermanfaat bagi saya agar impian saya diaamiinkan oleh orang banyak tapi para pembaca juga akan memahami betapa mempunyai impian itu adalah hal yang penting. Jangan malu untuk mengungkapkan mimpimu, sebesar apapun, sebelum ada yang tertawa maka percayalah mimpi itu belum terlalu besar, jangan ragukan kekuasaan Tuhan. Teruslah bermimpi para generasi muda, tapi jangan hanya terlena dengan terus bermimpi, bangunlah untuk bergerak mewujudkannya.
Nb: Salah satu kontributor dalam "Gerakan menulis impian bersama Y Dreams Way"
Langganan:
Postingan (Atom)
Coffee Break diujung usia Quarter Life Crisis (25)
Alhamdulillah... menghitung hari akan memasuki usia 26. Rasanya tahun ini sangat berbeda dari tahun sebelumnya, matahari sepertinya sudah j...
-
Santri Pemegang Amanah By: Rwp Aku terbangun, detak jantungku berdegup cepat tidak seperti biasanya. Kuraba seluruh kasurku dala...
-
Kembali ke Coffee Break :) Kali ini aku pengen berpendapat tentang perbedaan mahasiswa organisasi dan non-organisasi. Why harus tema ini? k...
-
Hati yang dulu berlayar, kini telah menepi.... Penantian yang sejak dulu sunyi, kini telah dihampiri.... Pertemuan dan perkenalan singkat ...