Rabu, 02 Agustus 2023

Coffee Break diujung usia Quarter Life Crisis (25)

 Alhamdulillah... menghitung hari akan memasuki usia 26. Rasanya tahun ini sangat berbeda dari tahun sebelumnya, matahari sepertinya sudah jingga dan teduh, tak lagi menyala-nyala seperti dahulu. 

25 tahun penuh kisah dan ke-semarak-an. Mengejar dan mencari jati diri, unjuk skill dan kemampuan, adu prestasi, meraih popularitas, seleksi sahabat dan kawan, tak lupa penjaringan jodoh juga. Aku yang dahulu adalah pribadi menyala-nyala nan semarak, rasanya sangat berbeda dengan aku yang hari ini. tidak ada lagi sibuk ikut organisasi a-z, pulang malam karna sibuk buat event fakultas, sibuk ikut lomba , ikut kegiatan kampus di alam, diruangan dimanapun. Sibuk cari jaringan, memperluas pertemanan, gak ada satu haripun yang tidak produktif. Buka mata harus langsung produktif haha. Dimulai dari usia SMP yang dituntut untuk pinter (peringkat 1-10) dikelas unggulan, biar bisa dapetin yg dimau (Blackberry, laptop, liburan ke jawa) Alhamdulillah bisa melewati masa SMP dengan tidak baik-baik saja hahaha. dan memutuskan untuk gak lanjut disekolah biasa lagi. yap, Pesantren jadi pilihan. Walaupun akhirnya malah harus strugle di Malang karna batal mondok dn lanjut disekolah SMA biasa yang zuper ngajarin arti hidup sederhana, 180 derajat dari circle ku waktu SMP. 

di SMA punya teman-teman yang lebih sederhana buat aku paham arti toleransi dan gak memandang apapun dari status sosial, kecerdasan , ilmu dan lainnya. kita semua sama, itu intinya. di SMA mulai pede untuk unjuk diri. Ikut banyak ekskul dan jadi pengurus inti OSIS juga. Bisa aktualisasi diri, sosialisasi yg pure, punya teman-teman yang tulus, prestasi akademik dan non akademik yang seimbang. Alhamdulillah. setelah SMA memilih merantau dan Alhamdulillah bisa lebih lagi meng aktualisasi ilmu yang sebelumnya sudah didapatkan di SMA. Study banding ke Surabaya, Yogya dan Solo. Semakin mengembangka sayap di dunia per-BEM-an. Alhamdulillah walaupun sibuk Ku-Ra Ku-Ra Kuliah Rapat Kuliah Rapat. Alhamdulillah CUMLAUDE. IPK 3,51 lulus 3 tahun 6 bulan. Huah after long struggle, much tears, etc :D

Daftar kuliah sendiri,pergi tes sendiri, Alhamdulillah masih ada teman-teman sekota yg juga rantau ke malang. jadi gak sendiri banget. Setelah semua kesendirian, akhirnya lebih sendiri lagi saat diujung-ujung perkuliahan, PPL beda kabupaten, harus bolakbalik tiap akhir pekan. Alhamdulillah grab sudah masuk dimalang, di tahun 2019 itu hahaha. Penelitian PP Mlg-Kediri motoran tiap akhir pekan. Alhamdulillah lancar semua, berkah berkah. 

Alhamdulillah lulus S1 langsung lanjut profesi, tes di malang, tes juga di Solo. dan dua-duanya lulus. akhirnya pilih di Malang, dan stuggle kembali. Kesyukuran lagi punya partner profesi yang supportif. Bisa bantu aku yang agak kurang pinter praktek ini. Punya lahaan praktek yang isinya orang baik semua, baik baik banget, ga pernah biarin kita kita kelaperan, kemiskinan dan kemelaratan hahaha. Alhamdulillah walaupu harus pindah-pindah kos karna pindah kota juga, tp uang sarapan dan makan siang biasanya kantong kita aman :D

Qadarullah di Maret 2020, badai Covid merebak di Indonesia. dan kita semua dipulangkan ke daerah masing-masing, untuk lanjut profesi via online. Alhamdulillah. 

Sambil kuliah online akhirnya nyambi jualan juga. Coba buka frozen food dan laris sampai kita bisa ikut HALAL MUI dan pelatihan lainnya. Walaupun sambil masak dan kuliah tetep jadinya ga masuk ke kepala ilmu kuliahnya hahaha, dan sering lupa absen juga. Selain jualan frozen, masak, ke pasar, kuliah tiap hari,  aku  juga ngisi hari-hari covid dengan kursus nyetir, jaga nenek yang sakit, dan berpuas dengan diriku sendiri. Kalau dipikir-pikir, rasanya momentum saat itu, adalah puncak aku merasa bebas dan tenang tertinggi dalam hidupku. Satu, karna aku gak kerja terikat, bebas bangun jam berapa, bebas mau tutup atau buka, bebas mau lembur atau mau free dulu. Pokoknya bebas. Bisa koordinir karyawan, wawancara karyawan baru, cek nd ricek dapur, mikirin kemajuan cafe dan usahaku, sambil kuliah juga tetep jalan. itu bener-bener dreamy aku banget sih. Masya Allah

dan di bulan Juni 2020 setelah 3 bulan berkutat hanya dengan dapur - kuliah online- dan customer. akhirny aku mulai kenal Masjid, kenal paskas, kenal infaq beras dan mulai nyaman banget didalamnya. abcdefg finally ketemu jodoh disana dan nikah di desember 2020. Bener-bener turning point in my life itu di tahun 2020. Pertama kali bisa punya salary sendiri, bisa handle banyak hal sendiri, bisa ambil keputusan besar yaitu nikah diusia 23 tahun. Alhamdulillah. di tahun 2021 pertengahan, aku mulai aktif berkantor, pergi pagi pulang sore. ya hidup berubah, karena gak sebebas dulu, semuanya diatur. 

Alhamdulillah cita cita sejak usia 21 tahun "umroh" Alhamdulillah bisa tercapai di usia 25 thn. Alhamdulillah bisa pergi umroh sekeluarga sebulan full ramadhan, kesyukuran tertinggi yang terus terucap. Terimakasih ya Allah untuk hadiah terindah ini..... 

Bismillah selamat menyambut hari-hari penuh kebahagiaan berikutnya, semoga semuanya semakin baik untuk hal-hal baik. Aamiin 













Jumat, 12 Mei 2023

Besarkah Cinta?

 Cinta dewasa kelihatannya sederhana ya. kelihatannya hanya perihal mempertahankan hubungan, yang muaranya akan diupayakan bersama. Ternyata setelah dilalui, cinta dewasa bukan lagi perihal mempertahankan saja, tapi bagaimana membuat segalanya menjadi lebih ringan dilewati bersama. 

Cinta dewasa bukan lagi sekedar tentang canda tawa, bukan lagi tentang menjalani hobi bersama, pergi kuliner kemanapun sesukanya. Semuanya lebih dari itu, bagaimana menyatukan frekuensi harapan, memahami keluarga besar masing-masing, menyeimbangkan cita-cita, saling mendukung keinginan satu sama lain, menurunkan ekspektasi dan selalu mencoba mengerti. Karena hakikat sepasang adalah berjalan beriringan. Melangkah bersamaan menuju cita cita tertinggi, syurga. Memahami kondisi kelurga yang berbeda, kebutuhan yang berbeda, prioritas yang tak lagi sama, apalagi sejak awal perbedaan sudah menjadi pondasi hubungan, maka bisa dipastikan separuh perjalanan akan dilewati dengan perjuangan menyamakan perbedaan. Bukan, ini bukan lagi sesederhana tentang kita.ini tentang orang banyak, tentang mimpiku, tentang mimpimu, dan kemana bahtera ini akan kita layarkan. 

Terkadang rasanya seperti bisa saja sendiri, padahal itu hanya fatamorgana dari keegoisan yang dibalut rasa mandiri. Yang terpenting saat ini adalah bagaimana tetap melanjutkan perjalanan, disamping berbagai rintangan yang harus dilewati bersama. Percaya bahwa tidak ada sulit yang selamanya, tidak ada susah yang tak dibarengi dengan senang setelahnya... percaya... terus percaya. 

Setiap kisah punya masing-masing ujiannya, setiap kisah punya bahagia yang tak terdua kapan datangnya. Teruslah berjalan diatas ketaatan, walau terkadang ada lelah yang sulit dijelaskan, ada sedih yang tak bisa diceritakan, rentang kisah punya masanya sendiri-sendiri. 

Akan selalu ada malam, agar kita paham betapa indahnya apa apa yang terang. akan selalu ada patah, agar kita paham betapa kesyukurannya arti tumbuh dan akan selalu ada yang padam agar kita paham bagaimana menyala-nyala terkaadang sangat dibutuhkan.

Sampai disini paham? bahwa hidup bukan hanya soal senang. Segalanya adalah perjalanan yang sudah digariskan 

Kamis, 03 November 2022

Tanpa Judul

Alhamdulillah.....

Sekali lagi kesyukuran tiada tara selalu terhaturkan pada Allah Subhanahu Wata'ala atas segala rezeki yang Allah berikan. Bisa melewati rumah tangga penuh kisah up and down dua tahun ini. Rezeki dalam setiap prnikahan tentu berbeda-beda. Rezeki anak kali ini belum Allah takdirkan untuk kami, tapi Insya Allah aku yakin reeki ini akan Allah hadirkan segera untuk kelurga kecil kami di waktu yang tepat, sesuai kadar kesanggupan kami menurut Allah.

Rasanya sangat malu apabila hanya karena satu rezeki yang Allah tunda, membuat kami tidak bersyukur, dan membandingkannya dengan pasangan lain, yang jauh lebih mudah mendapatkan keturunan. Aku yakin, Allah maha tau kapan waktu yang tepat. Tidak akan mampu kami menukarnya dengan segala anugerah yang sudah Allah berikan selama ini. Anugerah kecukupan rezeki, anugerah harmonisnya rumah tangga, anugerah orangtua yang sehat, saudara seiman seislam yang selalu berjuang bersama dalam dakwah, pekerjaan halal yang menyenangkan, berbagai kebaikan lainnya, yang tak lain adalah bentuk rezeki juga.

Naluriku sebagai wanita yang kadang selalu ingin dimenangkan, merasa bahwa sejatinya perempuan adalah bisa hamil, melahirkan , dan mengasihi anaknya. Padahal aku yakin, bahwa takdir Allah sudah pasti yang terbaik, bagaimanapun takdir itu.

Ya Allah... tanamkan rasa ikhlas dihatiku untuk menerima setiap ketetapan dariMu, temani hamba selalu dalam menjalani kehidupan sementara ini, jagalah hamba dan keluarga untuk selalu istiqomah dijalanMu. Undang kami ke Baitullah ya Allah, ke Makkah, Madinah, dan Masjidil Agsha

Aamiin Alllahumma Aamiin

Jumat, 09 September 2022

Jeda #CoffeeBreak23

 Yang dicari hilang, yang dikejar lari...

Sedang berada di kantor, di hari sibuk. Mencoba mencari sela kesempatan untuk bermanja dengan diri sendiri. Sudah lama sekali ternyata tidak menyentuh blog ini. Berada di fase berdamai dengan diri, terkait segala cita yang kadang tak sesuai ekspektasi. Kadang melebihi, kadang jauh sekali. Menjalani hal yang dianggap baik dan mulia oleh masyarakat dan orang kebanyakan, ternyata punya bebannya sendiri juga. Ah masa iya??

Jawabannya Iya, sebagai manusia kita sadar bahwa  banyak hal-hal yang tak sejalan antara logika dan kenyataan, keseimbangan dan kesesuaian. 

terbebani dengan stigma dan pandangan, dipaksa untuk terus sempurna tanpa celah dalam menjalani segalanya. 

Hati rapuh, jiwa lemah. Ibadah jauh dari kata sempurna. keduniaan seringnya ingin ditempatkan diurutan pertama. Merasa seperti berada dalam jeruji emas permata, berharga tapi tak bebas. Sangat merindukan kehangatan kawan seperjuangan dan nyamannya menetap ditempat yang sekalipun bukan rumah. Tempat bertumbuh, mencari, menciptakan image diri. 

Nafas nyaris berhenti di tenggorokan saja, kandungan karbondioksida nya lebih tinggi daripada oksigen yang ingin dihirupnya. Definisi berjuang tanpa amunisi. Kosong, ketakutan dan rasanya ingin mengalah saja. Tapi tak pernah ada pilihan mundur atas setiap amanah. 

Mencoba untuk terus maksimal, tapi perang tanpa amunisi sanggup berapa lama?

Rasanya butuh jeda, berhenti sejenak dibawah pohon diatas bukit penuh bunga. Melihat semuanya dari kejauhan, agar semua jadi lebih sederhana. 

cita cita masa remaja ternyata jadi indah sekali untuk dikenang. dikala diri bebas berekspresi ingin menjadi apa saja. bebas tanpa batas. 

Sejatinya manusia adalah pencarian tanpa henti.

Sekalipun banyak jiwa yang mati didalam jeruji permata, setidaknya lebih banyak jiwa yang bebas terbang tinggi, lepas menjadi diri sendiri.

Jumat, 05 Februari 2021

Kini telah menepi #Rizka&NurStory

Hati yang dulu berlayar, kini telah menepi....

Penantian yang sejak dulu sunyi, kini telah dihampiri....

 

Pertemuan dan perkenalan singkat yang mengantarkan pada pernikahan karena mengharap ridho Allah. Terhitung tepat dua bulan sudah aku resmi menjadi seorang istri dari pria yang pertama kali kutemui di Masjid penuh cinta, masjid modern hujan assalam. 

Alasan pandemic lagi-lagi menjadi hikmah besar untukku, dipertemukannya aku dengan jodoh yang Insya Allah sehidup sesurga.

Pertama kali bertemu dibulan Juli karena sama-sama menjadi peserta “Seminar Jalan Hijrahku” kemudian benar-benar bertemu di pengantaran beras seri 17 diakhir bulan Juli. Waktu itu sudah notice dan berpikir “Siapa orang ini?” walaupun pada akhirnya hanya sebatas itu. Semakin lama semakin sering terlibat dalam berbagai kegiatan komunitas dan pertama kali ngobrol di Peresmian Pondok Quran Hujan Assalam, ingat sekali waktu itu ba’da ashar hari jumat di awal bulan Agustus.

Dari obrolan singkat itu barulah aku tau kalau ternyata abang adalah sepupu dari iparnya iparku, wah ribet, intinya circle nya masih disitu-situ aja. First impression yang menarik dan jujur rasa ketertarikan itu mulai muncul. Segala hal tentang dia mulai bermain dikepalaku, aku tau ini salah dan tidak bisa dibiarkan. Dalam sujud aku selalu meminta agar Allah menjauhkan aku dari hal yang sia-sia terutama perihal cinta. Di pertengahan bulan Agustus, pertama kalinya abang chatting via whatsapp untuk mengingatkan ketikanku yang salah di grup pengurus.

Qodarullah, manusia biasa yang banyak salah ini pernah hanyut dalam komunikasi via chat yang ternyata sangat berdampak pada zina hati, berharap pada manusia, walaupun isi chat hanya sebatas diskusi tentang pekerjaan tapi tidak bisa dibohongi kalau rasa dihati ikut meluap-luap.

Tiba waktunya aku merasa semua ini harus disudahi, kami sama-sama sedang berhijrah untuk menjadi pribadi yang lebih baik, sedang sama-sama bergerak dijalan dakwah, sama-sama pendosa yang ingin memperbaiki diri. Tapi kenapa masih belum mampu membatasi pergaulan antar lawan jenis. Tepat di tanggal 23 September kuputuskan untuk melarangnya komunikasi langsung maupun tidak langsung denganku, untuk benar-benar membatasi segala bentuk pertemuan dan komunikasi walaupun soal pekerjaan dan tugas di komunitas. Dia mengiyakan dan kami berhenti komunikasi.

Sedih dan bingung harus bagaimana sudah pasti aku rasakan. Aku tidak tau bagaimana perasaannya, aku berpikir bahwa perasaan ini hanya menyiksa diriku sendiri apalagi rumor yang beredar di teman-teman komunitas kalau abang sedang persiapan untuk mengkhitbah salah satu akhwat di komunitas yang merupakan teman baikku.

Jujur aku takut untuk patah hati lagi, apalagi peran kami di komunitas ini lumayan banyak dan aku yakin akan sangat berpengaruh jika aku tidak bisa mengkontrol perasaan ini. Setiap sujud di 1/3 malam aku selalu meminta agar Allah bantu uruskan perasaan ini, aku serahkan seutuhnya jalan hidup dan takdirku pada Allah, sesakit atau sesedih apapun pada akhirnya nanti.

Sempat vakum tidak ke masjid sekitar 3-4 hari karena ingin menenangkan diri. Di tanggal 28 September bencana alam terjadi di kota kami, membuat Paskas harus segera bergerak. Dalam hati masih ingin dirumah aja, tapi keadaan sudah tidak memungkinkan untuk terus hanyut dalam sedih yang diciptakan sendiri. Akhirnya aku memutuskan untuk ikut terjun ke lokasi bencana dan menyiapkan berbagai bantuan, pastinya diawali dengan doa “Ya Allah jangan ada dia ya Allah”.

Perkataan ‘jangan’ ini ternyata menjadi doa yang berkebalikan, abang hadir tepat didepan mataku. Membantuku menyiapkan nasi bungkus waktu itu. Walaupun tetap tanpa bicara, dan tenggelam dalam pikiran masing-masing.

Qodarullah, ternyata abang diam-diam mengajak kaka ku sekaligus sebagai pemimpin dan kawannya untuk berbincang  masalah hati, menyelesaikan keresahan hatinya. Dan Alhamdulillah, tepat di tanggal 1 Oktober abang datang melamar sendiri. Tanpa sepengetahuanku, hanya sempat menelefon sekitar 5 menit dihari sebelumnya untuk menyampaikan hal yang aku tidak tau apa maksud dan arah pembicaraannya.

Allah maha cinta, prasangkaku selama ini ternyata semuanya salah. Akulah akhwat yang sebenarnya ia tuju tapi tidak pernah ada yang tau. Bahkan sejak abang melamar di tanggal 1 itu pun teman-teman komunitas tidak ada yang tau. Alhamdulillah semua dilancarkan, papah mamah kakak dan kaka iparku menyambut baik kedatangan abang. Aku sangat bersyukur Allah memudahkan semua urusan kami. Papah minta waktu dua minggu agar kami ta’aruf lebih dulu, pakai CV dan diskusi tentang visi misi pernikahan. Alhamdulillah setelah lamaran itu barulah aku mulai mencoba mengenal keluarganya, lingkungan kerjanya, dimana dia biasa menghabiskan waktunya. Semuany baik, respon keluargaku dan keluarganya pun sangat baik dan mulus. Lamaran resmi pun diadakan di tanggal 15 Oktober 2020.

Sulit dijelaskan apa yang aku rasakan saat itu. Bahagia, haru, dan sangat bersyukur Allah hadirkan laki-laki yang kukagumi sejak awal untuk datang memintaku pada orangtuaku dengan cara yang Allah ridho. Tanpa perlu pacaran, tanpa perlu kenal lama, hanya dengan kuasa Allah semuanya bisa terjadi dengan sangat indah.

Semua persiapan pernikahan berlangsung mulus walaupun aku harus memajukan akad sebulan lebih cepat dari jadwal awal karena UKOM Profesi yang diajukan mendadak. Pernikahan berlangsung tanggal 4 Desember 2020 di Masjid Modern Hujan Assalam, Masjid yang penuh cinta dan airmata perjuangan. Dua hari setelah menikah kami terbang ke Malang karna aku harus Ukom, Alhamdulillah waktu dua minggu disana menjadi waktu yang tepat untuk masa pdkt kami, ditambah lagi diberi hadiah nginap di villa yang mewah milik tante. Masya Allah, Allah maha cinta.

Tanggal 12 Januari 2021 kami melaksanakan resepsi pernikahan di Hotel Monaco. Hadiah terindahnya adalah acara kami dihadiri oleh gurunda Ust Rendy Saputra dan Kang Edes selaku para petinggi Paskas. Alhamdulillah segala kesyukuran kuhaturkan untuk perjalanan cinta ini.

Pandemi yang membuat aku harus pulang ke Tarakan, walau dengan berat hati tetap kuyakini ini semua akan memberikan banyak hikmah. Dan ternyata benar, hikmah menemukan jodoh yang selama ini kunanti.

Doakan kami yaaa kawan semuanya, bisa menjadi keluarga yang sakinah mawaddah warahmah, menjadi keluarga yang dirindukan surga. Aamiin Allahumma Aamiin.

 

 

 

 



Selasa, 03 November 2020

Santri Pemegang Amanah

 

Santri Pemegang Amanah

By: Rwp

 

Aku terbangun, detak jantungku berdegup cepat tidak seperti biasanya. Kuraba seluruh kasurku dalam kegelapan, mencoba mencari titik terang. Kupencet tombol home, jam menunjukkan pukul setengah 4 pagi. Mataku terbuka lebar, kulihat ada sosok disampingku. Dia tersenyum padahal sedang tidur, senyumnya tampak karena kilat dilangit sendu subuh ini masuk menyelinap lewat tirai jendela kamarku. Aku mengambil nafas sebentar, tanpa sadar lamunanku mebawa pada ingatan satu tahun silam.

Pukul 2 dini hari. Kubuka laptop putih yang sudah setengah pakai ini, mencoba melanjutkan skripsi yang sejak beberapa bulan terakhir menjadi kudapanku sehari-hari. Hari ini adalah hari penentuan atas hasil kerja kerasku selama 3,6 tahun ini, seminar hasil. Kantuk ku tidak tertahan, konser tulus tadi sukses membuatku tergoda untuk menonton konser lagi, bahkan disaat-saat genting begini. Kuaduk milo panas yang berbau sangat nikmat, demi menjaga mata agar tetap terbuka. Kata demi kata kurangkai pada part ucapan terimakasih, “Terimakasih pada Allah swt, terimakasih kepada mama dan papa…” Terimakasih? Tanyaku dalam hati.

Menjadi anak rantau diusia 17 tahun, dengan segunung mimpi dan cita-cita duniawi yang sudah kubangun sejak remaja membuatku sangat antusias untuk berpetualang. Menjajaki setiap pahit getir suka duka kehidupan, tentunya ditanah orang, tanah jawa yang kaya akan ilmu dan adab. Memilih merantau apalagi untuk kuliah bukanlah hal yang main-main, karena aku adalah anak perempuan satu-satunya, dijaga bak mutiara dalam cangkang nya, disayang, dilindungi, bak permaisuri di istananya, tapi aku memilih untuk keluar dan mencari jalanku sendiri. Berbekal ingatan kata-kata motivasi yang pernah disampaikan ustadzah saat aku masih menjadi calon santriwati gontor kala itu. “Anak panah tak akan pernah sampai sasaran jika tak melesat dari busur panahnya, singa tak akan dapat mangsa jika tetap berada dikandangnya, air yang mengalir akan jernih daripada terdiam dan keruh menggenang”. “Tinggalkan kampung halamanmu, carilah pengganti kerabat dan kawan”. Itulah mantra yang kupegang, bahwa merantau ini tidak boleh sia-sia , akan kucicipi semua bentuk kehidupan, mencari titik akhir dari pencapaian.

Banyak kemudahan dan suka cita yang Allah berikan selama merantau, ditambah lagi fasilitas yg mumpuni dari kedua orangtua. Uang bulanan yang cukup, kos yang nyaman full facility, serta kendaraan pribadi yang bisa dibawa kapanpun. Masya Allah, kehidupanku sebagai anak rantau dari Kalimantan yang hidup di tanah Jawa terbilang cukup. Cukup untuk jalan-jalan, dan bersuka cita kapanpun aku mau. Walaupun tradisi makan indomie akhir bulan juga selalu kurasakan apalagi kalau terlalu hedon jalan-jalan.

Aku mengikuti banyak sekali kegiatan kampus, internal maupun eksternal. Tidak bisa juga dibilang aktivis, tapi cukuplah disebut kura-kura (kuliah rapat – kuliah rapat). Aku sering menjadi volunteer berbagai kegiatan, dari dalam kampus maupun diluar kampus. Menjadi pengurus Badan Ekesekutif Mahasiswa Fakultas ku selama dua tahun. Mengikuti berbagai lomba kepenulisan, dan sempat mengelola bisnis kecil-kecilan untuk tambahan uang saku. Ditengah kesibukanku yang padat, sebagai mahasiswa aku tetap punya waktu untuk menyalurkan jiwa muda kala itu. Ngopi sampai tengah malam, berkedok membahas masa depan organisasi, padahal laki-laki dan perempuan bercampur baur tanpa batasan. Berlibur ke berbagai tempat hiburan dikota Batu, dari yang berupa taman hingga museum, bergabung beramai-ramai dengan teman-teman kampus dan organisasi. Pergi ke mall, taman, ke cafĂ© dan tongkrongan terbaru. Ke semua bioskop yang ada di kota ini, menonton berbagai film yang bahkan sedikit peminatnya. Keluar kota sudah jadi hal yang biasa, hanya untuk sekedar mencicipi kulinernya dan foto-foto di spot terkenal. Surabaya, Yogyakarta, Bali, Kediri, dll adalah kota yang pernah kukunjungi kalau ada libur yang sedikit panjang. Nonton konser adalah aktivitas favoritku, dari Tulus, fourtwenty, payung teduh, Raisa, Mocca, Kahitna, semuanya kutonton, mahal atau murahnya tiket tidak pernah jadi masalah selagi itu konser. Kegiatan alam juga favoritku, ke berbagai jenis pantai di dataran Jawa Timur yang medan nya sungguh menantang, ke gunung, snorkeling di laut daerah Banyuwangi. Apapun kulakukan untuk membeli kebahagiaan, untuk melewati masa muda, yang ternyata fana.

Disaat semua kesenangan duniawi sudah kucicipi, disaat aku sudah berada diakhir-akhir masa pencarian, aku mulai berpikir.

“Apa yang sebenarnya kucari?”

“Apa aku benar-benar bahagia selama ini?”

“Apa gemerlap kota sudah bisa membeli kebahagiaan untukku?”

“Apakah aku sudah bertemu titik yang selama ini jadi tujuanku? Titik ketenangan itu?”

                Belum. Aku belum benar-benar menemukannya. Aku bahagia tapi hampa. Segala upaya yang kulakukan, menabung, bisnis kecil-kecilan, ikut lomba dan hadiahnya cukup lumayan, semua itu habis hanya untuk kepuasan pribadiku, kenikmatan foya-foya yang sementara, yang entah kemana muaranya. Aku belum pernah sampai pada titik yang kucari, padahal jalan ini sudah hampir sampai pada ujungnya, sebentar lagi aku akan wisuda dan mendapat gelar sarjana. Gelar yang banyak dikejar manusia, tapi tak kunjung kutemukan maknanya. Tepat 3 tahun 6 bulan, aku lulus dan mendapat gelar itu. Dengan IPK 3,51 yang berarti aku lulus dengan predikat cumlaude. Mimpi yang kutuliskan sejak pertama aku masuk kuliah.Tercapainya mimpi itu membuatku sangat bersyukur, tapi tetap tidak membuatku menemukan titik tenang yang kucari.

                Pencarianku belum usai, aku melanjutkan pendidikan profesi tapi dengan kematangan pemikiran yang lebih dalam dari sebelumnya. Kali ini tidak ada kata main-main, aku akan serius dan mencoba maksimal untuk apa yang kutempuh. Enam bulan profesi di berbagai rumah sakit di Jawa Timur, buat aku banyak belajar tentang apapun. Bertemu dengan pasien yang beragam dengan latar belakang yang berbeda-beda, didaerah yang punya kebiasaan yang beda-beda pula, membuatku belajar tentang kehidupan dan bagaimana memaknainya. Sampai di bulan maret 2020, wabah covid19 masuk ke Indonesia. Dengan berat hati kampus memulangkan kami kerumah masing-masing karena keadaan sudah sangat tidak memungkinkan untuk melanjutkan dinas di rumah sakit bagi mahasiswa seperti kami. Kepulanganku hari itu benar-benar tanpa persiapan, kupikir wabah ini hanya sebentar, tidak lebih dari dua minggu. Aku hanya membawa dua pasang baju, dua lembar jilbab, makeup seadanya, bahkan laptop putih yang isinya lebih penting dari apapun itu, kutinggal begitu saja diatas meja belajar, “Ah Cuma dua minggu” pikirku cuek. Kata “Cuma” tadi terus berlanjut hingga hari ini.

                Berbulan-bulan di kampung halaman tanpa melakukan sesuatu yang berarti buat aku overstress. Alhamdulillah di bulan April saat bulan puasa, aku membangun bisnis bersama kakak dan temanku. Laukfita, yang Alhamdulillah bisa berkontribusi untuk masjid. Bisnis ini masih benar-benar kami rintis, berharap terus berkembang dan meluaskan kebermanfaatannya. Selama pandemic dan hanya berada dikampung halaman buat aku kembali menemukan apa yang selama ini hilang. Kesempatanku untuk berbakti pada orangtua, pada nenek, dan kembali hidup normal seperti Rizka yang sebenarnya. Tidak hobi nongkrong, lebih banyak menghabiskan waktu dirumah, melakukan kegiatan produktif saja. Sesaat sebelum aku pulang ke Tarakan, aku sudah sangat yakin bahwa wabah ini, kepulangan ini akan membawa hikmah besar diakhir nanti, hikmah yang akan sangat kusyukuri, walaupun aku belum ada gambaran untuk hal ini, tapi aku yakin pada apa yang aku rasakan saat dipesawat sebelum lepas landas tanggal 18 Maret itu.

                Terus mencari, memohon dan meminta jalan agar Allah kasih ketenangan yang selama ini kucari. Terus minta hidayah dari Allah agar dibukakan pintu hati untuk melakukan hal-hal yang Allah ridhoi. Alhamdulillah kakak menawarkan untuk ikut bergabung di Paskas (Pasukan Amal Soleh) sejak bulan April, tapi Allah buka pintu hati untuk benar-benar ikut baru di bulan Juni. Bahkan sempat terbersit dipikiran “Aku mau masuk paskas kalau benar-benar direkrut seperti yang lainnya, bukan karna kaka ku ketuanya”. Qodarullah, dua minggu setelah berpikiran begitu, Allah kabulkan keinginanku. Diadakan seminar “Jalan Hijrahku” di Bulan Juli, yang juga sekaligus recruitment anggota baru, Masya Allah.

                Sejak saat itu aku benar-benar yakin, bahwa Allah lah tempat pulang sesungguhnya, Dialah sang pendengar segala doa, Dialah sang maha cinta, yang bahkan belum sempat kita pinta pun, sudah diberikannya sesuai kadar kesanggupan kita, Masya Allah. Seminar Jalan Hijrahku ini menjadi awal bertemunya aku dengan orang-orang baik yang mengajarkan banyak hal-hal luarbiasa, yang belum pernah kutemukan disisi hidup manapun.

                Kak Ria, admin paskas yang sangat ramah. Menyambut dengan segala kebaikannya, membuka pintu lebar-lebar untukku yang masih ragu untuk melangkah ke paskas. Diberikannya kenyamanan yang buat aku semakin yakin untuk berada di paskas. Kak Fitri, yang segala ucapan dan tindakannya adalah motivasi dan pembelajaran buatku, peran paling besar dalam keberadaanku di paskas. Dek Firah, adek yang sejak pertama kali ketemu sudah seperti kenal bertahun-tahun lamanya, wanita kuat yang punya prinsip, membanggakan, menjadi inspirasi untukku yang baru hijrah ini. Ka Erni, Ka Cici, Ka Ida, Ka Leny, para emak-emak yang buat aku benar-benar merasa pulang kerumah setiap ke paskas, penyambutan yang hangat, pelayanan penuh kasih sayang, mengajarkan aku bagaimana menjadi sebenar-benarnya ibu bahkan kepada orang yang baru dikenalnya, Masya Allah. Bunda Hariati dengan segala kecerdasan intelektual dan mimpi-mimpi besarnya, gambaran sempurna untuk seorang wonder woman. Pak Saha yang serba bisa, menyediakan apapun yang ia bisa untuk kami semua, jadi teknisi untuk segala hal. Bang Neo, Bang Egra, Bang Faiz, Bang Faisal para bapak-bapak cerdas yang sangat berperan dalam berjalannya program paskas. Kak Dinda, Kak Icha, Kak Ragil, Kak Santi, Kak Kiki, Kak desy para kakak – kakak ku yang menjadi pengayom selama dipaskas, membuat aku merasa punya banyak sekali saudara perempuan, belajar bagaimana cara menghargai dan menyayangi, dengan segala kesabaran dan keramahan mereka menyambutku, anak baru yang masih perlu banyak sekali belajar. Bang Bayu, Bang Melji, Bang Hendra, Bang Ahmad, Bang Azlan, Bang Wahyu, Bang Fandi, Bang Ilham, Bang Agung semua kawan-kawan dan adek-adeku ini juga menjadi inspirasi bagaimana laki-laki yang sebenarnya, bagaimana kerja keras mereka untuk masjid, mengorbankan sebagian besar waktunya untuk masjid. Kaka ku sendiri Pak presiden beserta istrinya, yang menjadi motivasi terbesar untuk bergabung dipaskas, dengan segala kebaikan mereka mau membimbing dan memberikan jalan untuk benar-benar mencari ridho Allah.

 

                Dan yang terakhir, untuk sosok yang Insya Allah akan menjadi imamku, Bang Ahmad Nur. Seorang yang sederhana, jauh dari gemerlap kota yang biasa kuhadapi, apa adanya dan senyumnya syahdu memecahkan segala gundah. Kesederhanaan yang membuatku siap untuk membangun cinta bersama. Insya Allah, engkaulah salah satu hikmah itu, hikmah pandemi dan kepulanganku yang tidak tepat pada waktunya, kepulangan yang awalnya kusesali tapi kini menjadi kesyukuran tertinggi. Pintaku pada Allah agar diberikan jalan menuju ridhoNya, Insya Allah engkaulah jawaban itu. Terimakasih sudah hadir dan memintaku pada orangtuaku. Sejak pertama bertemu denganmu, ada rasa tenang dan keyakinan yang hadir dalam diriku. Aku percaya bahwa jalan kita kedepan akan melewati banyak tantangan, tapi denganmu aku yakin, ridho Allah bisa kita gapai bersama. Semoga kebersamaan kita nantinya bisa menjadi jalan untuk meluaskan kebermanfaatan diri kita,membahagiakan ummat, menjadi sebaik-baiknya pejuang islam, melahirkan peradaban mulia. Aamiin Allahumma Aamiin.

                Aku sangat bersyukur, Allah beri kesempatan untuk berada dibarisan ini, menjadi keluarga besar Santri Pemegang Amanah, bergabung bersama saudara seiman, yang mempunyai misi mulia yaitu menjadi sebaik-baiknya pelayan ummat. Rizka hari ini adalah rizka yang terus belajar, terus memperbaiki diri, agar Allah pakai terus tenaganya untuk mengasuh ummat, agar Allah jaga raganya untuk terus berada dibarisan ini. Terimakasih abang kakak SPA, sudah hadir disaat akhir masa pencarian ini, disaat raga sudah meronta, menangis meminta ampun, menyerah dalam menanggung kerasnya ujian dunia yang sesaat, ujian kesenangan duniawi, Allah hadirkan abang-kakak sebagai saudara tak sedarah dengan misi yang sama. Yang menjadikan dunia benar-benar hanya sebagai tempat singgah, yang memberikan arti kebahagiaan dalam kompleksnya kesulitan hidup yang dialami ummat disekitar kita, yang mengajarkan bahwa berbagi adalah titik ketenangan dan kebahagiaan paling tinggi jauh diatas kepentingan diri sendiri.

                Semoga Allah berikan kesehatan terus untuk abang kakak, keluasan rezeki seluas-luasnya, kemudahan dalam menggapai hajat-hajatnya, diberikan pasangan yang soleh solehah, Allah mudahkan dalam menyempurnakan separuh agama, diberikan keturunan yang soleh solehah beradab berilmu bermanfaat bagi ummat, keluarganya dilimpahkan keberkahan, diberikan keselamatan dunia akhirat, dimatikan dalam keadaan Husnul Khotimah, dan kita jumpe lagi di surgaNya Allah. Rizka sayang abang kakak SPA karena Allah.

                Terimakasih sudah hadir menjadi titik ketenangan itu, kerinduan universal yang tidak pernah berbentuk wujudnya tapi nyata dirasakan. Ini semua titipan sekaligus ujian, kita semua hanya pemegang amanah yang Allah titipkan, semoga amanah ini bisa kita jaga sebaik-baiknya sampai raga terpisah dari jiwanya. Sampai jumpa di Baitullah abang kakak, sampai jumpa di surganya Allah.

 

Minggu, 07 Juni 2020

aku tau kita tumbuh dari kilat badai, aman damainya kehidupan
kutemukan kamu
kau temukan aku
kita berpandang, terbangun


Coffee Break diujung usia Quarter Life Crisis (25)

 Alhamdulillah... menghitung hari akan memasuki usia 26. Rasanya tahun ini sangat berbeda dari tahun sebelumnya, matahari sepertinya sudah j...